Tidak Boleh Mendo’akan Allah
Mohon dijelaskan orang yang mengaminkan imam yang berdoa, di posisi dia sedang memuji Allah. Seperti ketika qunut, semua kalimat doa diaminkan oleh makmum.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قُلْنَا السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ قَبْلَ عِبَادِهِ
Ketika kami shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – pada saat tasyahud – kami membaca, ‘Assalamu ‘alaAllah qabla ibaadihi’ (Semoga keselamatan tercurah untuk Allah sebelum semua hamba-Nya).
Kemudian – seusai shalat – Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
لاَ تَقُولُوا السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ . فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلاَمُ ، وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ، وَالصَّلَوَاتُ
وَالطَّيِّبَاتُ…
“Janganlah kalian mengucapkan ‘Assalamu ‘alaAllah’, karena Allah itu Dzat as-Salam. Namun ucapkanlah, ‘Attahiyyatu lillah, was shalawat wat thayyibat…’ (Segala penghormatan hanya milik Allah, demikian pula shalawat dan doa hanya milik-Nya, serta semua sifat-sifat baik adalah milik-Nya). (HR. Bukhari 835 & Muslim 924)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabat mengucapkan ‘Assalamu alaAllah’ karena itu maknanya doa, yang artinya: ‘Semoga keselamatan tercurah untuk Allah’.
Ketika orang mengucapkan, ‘Assalamu ‘ala fulan’ artinya kita memohon agar fulan selamat dari semua keburukan dan musibah. Sementara Allah Dzat as-Salam (Yang Maha Selamat), sehingga Dia tersucikan dari semua aib dan cacat. Dialah pemilik keselamatan dan sumber dari semua keselamatan. Jika Allah didoakan agar selamat, berarti Dia belum selamat. Karena itu, Allah diminta untuk memberikan keselamatan, bukan didoakan agar selamat. Dialah Dzat yang Maha Sempurna, tersucikan dari segala bentuk kekurangan dan cacat. (al-Mulakhas fi Syarh Kitab at-Tauhid, hlm. 366).
Al-Hafidz Ibnu Hajar menukil keterangan al-Baidhawi,
أنكر عليهم صلى الله عليه وسلم التسليم على الله تعالى وبين أن ذلك عكس ما يجب أن يقال، فإن كل سلام ورحمة له ومنه وهو مالكها ومعطيها، وأمرهم أن يصرفوا ذلك إلى الخلق لحاجتهم إلى السلامة وغناه سبحانه وتعالى عنها
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari pemberian salam untuk Allah, dan beliau menjelaskan kebalikannya yang harus dibaca (yaitu kalimat Attahiyat lillah…) karena semua salam dan rahmat adalah milik-Nya dan berasal dari-Nya. Dia pemiliknya dan yang memberikan kepadanya. Dan beliau perintahkan untuk memberikan keselamat itu kepada makhluk, karena mereka sangat butuh keselamatan, sementara Allah tidak butuh darinya. (Fathul Bari, 2/312).
Berdasarkan kesimpulan ini, para ulama mengatakan bahwa dilarang mendoakan Allah. Karena Dia Dzat yang Maha Sempurna, sehingga tidak butuh untuk dido’akan. Bahkan Dialah tempat hamba meminta do’a.
Contoh mendo’akan Allah;
(1). Semoga Allah selalu kuasa dan perkasa.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Dia al-Qahhar (Maha Perkasa), karena itu tidak perlu didoakan.
(2). Mengaminkan do’a yang isinya pujian.
Misalnya dalam do’a qunut, imam membaca pujian untuk Allah:
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
“Maha Mulia dan Maha Tinggi Engkau – wahai Rab kami –“
Sebagian makmum membaca ‘Amiin’.
Ini termasuk kesalahan. Karena arti dari kata Amiin adalah ‘kabulkanlah…’
Sehingga ketika Imam mengucapkan “Maha Mulia dan Maha Tinggi Engkau” kemudian makmum mengucapkan ‘Kabulkanlah’ mengandung kesan mendoakan Allah, semoga Allah menjadi Mulia dan Maha Tinggi. Padahal Allah Dzat yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, dan tidak perlu didoakan untuk menjadi mulia dan tinggi.
Karena itu, tidak semua kalimat doa qunut boleh diaminkan makmum. Dia hanya boleh mengaminkan bagian yang isinya permohonan untuk kebaikan hamba dan bukan pujian untuk Allah.
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/34940-tidak-boleh-mendoakan-allah.html